Kamis, 26 Juli 2012

Surowono, Cerita di Atas Batu


Halo, salam jalan-jalan
Sambil menunggu bedug adzan Magrib, gak ada salahnya jalan-jalan di wisata terdekat atau yang dekat dengan masjid. Kebetulan di Pare, Kab Kediri ada candi yang tidak begitu jauh dari Masjid Agung An Nur.
Oke, bro lagsung saja cap cus.
Namanya Candi Surowono, kebetulan beberapa bulan lalu gw dapet job nganter motor dari Surabaya ke Kampung Inggris di Pare. Sebelum ketemu pemilik motor di Masjid Agung, tak sempatin ke Candi Surowono. Gila bro, walau sudah tinggal kaki candinya saja, tetapi reliefnya sungguh menggoda mata. Konon reliefnya menceritakan tentang cerita tantri. Itu lho bro, cerita tentang hewan. Makanya bro, di setiap panel reliefnya ada gambar hewan, dari kodok kadal sampai hiu. Kaya gini ni :



Menurut sebuah penelitian yang sempat gw baca di perpus kampus B UNAIR bro, candi ini merupakan candi yang memiliki serita utuh walaupun candinya sendiri tidak utuh lagi. Sehingga peniliti tersebut menyebutnya sebagai Cerita di Atas Batu. Sebuah relief yang paling gw suka adalah relief Siput Terbang  ni gambarnya bro :

Hatiku berkata nyaris tak percaya, " Siput kok terbang ? ". Tetapi itulah adanya. Bahkan pernah menjadi lambang sebuah kerajaan. Menggantikan lambang Garuda Muka selama beberapa tahun. Candi ini sendiri merupakan sebuah monumen untuk Bhre Wengker. 

 Selain hewan juga menampilkan relief manusia yang berkegiatan, baik kegaiatan antar manusia maupun kegiatan yang melibatkan manusia dengan hewan.


 Relief indah yang berada di pojok sebelah utara.

Candi Surowono memiliki sabuk yang merupakan susunan gambar kendi yang melingkari seluruh pinggang candi. Kendi-kendi menimbulkan kesan anggun dan mewah yang semakin mempercantik candi.
Kalau ada kaki candi, seharusnya ada badan/tubuh candi. Reruntuhan tubuh candi di tata sedemikian rupa di sebelah selatan kaki candi. Jumlah reruntuhan ini sangat banyak. Namun sayang belum ada upaya rekonstruksi badan candi. Selain belum mendapatkan rupa/ model tubuh dan atap candi, juga dikhawatirkan justru akan merusak relief-relief indah di kaki candi.


Sekarang kita tilik masalah rute dan retribusi bro. Masalah retribusi, kita tak perlu bayar apapun begitu pula parkir. Namun sebagai pengunjung yang baik, alangkah baiknya menyumbang seikhlasnya barang seribu atau dua ribu untuk biaya perawatan candi nan cantik ini supaya tetap lestari sob.
Kediri kota-Pare cukup memakan waktu 30 menit bro. Sedangkan rutenya cukup singkat toh hanya belasan kilometer. Diawali dari Kediri Kota-Ngasem-Gurah-Pare. Dalam rute ini kalian bisa sekalian ngunjungin Monumen SLG dan mampir di Masjid Agung An Nur Pare.
Salam Jalan - Jalan !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar